RSS

MATEMATIKA DAN PERAN GURU

22 Mar
  1. 1.      Pendahuluan

Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterprestasikan berbagai ide dan kesimpulan (Sujono, 1988:5). Matematika adalah mata pelajaran wajib di setiap jenjang sekolah, mulai dari TK sampai SMA. Materi yang didapat di setiap tingkat selalu bertambah tinggi dan bertambah sulit. Semakin tinggi tingkatan sekolahnya matematika dianggap sebagai ilmu yang mematikan bagi sebagian siswa. Tetapi ada juga siswa yang selalu merasa tertantang untuk menyelesaikan saat yang semakin sulit tersebut.

Mengajar adalah kegiatan yang kompleks, karena merupakan  interaksi yang halus bervariasi antara guru, siswa, bahan pelajaran kelas, dan lingkungan kultural (Popham dan Baker, 2008). Pelaksanaan pengajaran ini rumit sekali sehingga diperlukan pemahaman secara tuntas terhadap sebagian besar interaksi yang berpengaruh pada pengajaran. Oleh karena itu, dalam proses mengajar seorang guru harus mampu berinteraksi dengan siswa dan lingkungan sekitarnya.

Menjadi guru matematika tidak hanya membutuhkan penguasaan terhadap  materi pelajaran, tetapi seorang guru matematika harus mampu mengubah cara pandang siswa terhadap matematika. Sebab, matematika dianggap sebagai momok bagi siswa (Surya, 2005). Anggapan tersebut menjadi masalah klasik yang terjadi pada hampir semua jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Pendidikan Tinggi. Pada kenyataannya, masih ada “image yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap prestasi matematika siswa adalah kecemasan.

Guru memegang peranan penting dalam mencari alternatif untuk mengatasi kecemasan siswa yang tidak berkesempatan mendapatkan pelajaran tambahan matematika di luar sekolah. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan men-ciptakan suasana belajar yang dapat mengurangi tingkat kecemasan siswa. Fisher (1988:17) menyebutkan bahwa guru kelas dapat membantu mengurangi kecemasan siswa dengan membuat suasana kelas yang menyenangkan, seperti menggunakan hu-mor, permainan, dan aktivitas dengan tingkat relaksasi tinggi. Kecemasan siswa juga dapat dikurangi dengan memberikan rasa aman kepada siswa, suasana santai tetapi teratur, dan juga dengan kurikulum dan jadwal yang terorganisir secara baik. Situasi kelas yang penuh kompetisi sebaiknya juga tidak diterapkan. Pada dasarnya, guru diharapkan dapat menerapkan suatu metode pembelajaran yang dapat mengurangi tingkat kecemasan siswa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perilaku dan prestasi belajar siswa.

  1. 2.      Persepsi mengenai Matematika

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus disukai setiap manu-sia, terutama oleh siswa di sekolah. Sebab ternyata matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – hari.

Matematika berkembang seiring dengan peradaban manusia. Sejarah ilmu pe-ngetahuan menempatkan matematika pada puncak hierarki ilmu pengetahuan. Matematika seolah – olah menjadi ratu bagi ilmu pengetahuan, peletakan yang demikian  –menurut anggapan kebanyakan orang– menimbulkan mitos bahwa matematika adalah penentu intelektual seseorang (Abdul Halim Fathani : 2009). Jika seseorang tidak mengerti matematika, berarti mereka dianggap tidak pintar. Padahal kepintaran seseorang itu bermacam – macam, ada yang jenius dalam bidang sains, dan yang yang lain jenius di bidang seni, namun tidak mengerti matematika sama sekali.

Di samping itu, masyarakat juga memiliki persepsi negatif terhadap matematika. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Frans Susilo, bahwa kebanyakan sikap negatif terhadap matematika timbul karena kesalahpahaman atau pandangan yang keliru mengenai matematika. Untuk memahami matematika secara benar dan sewajarnya, pertama – tama perlu diklarifikasi terlebih dahulu beberapa mitos ( persepsi ) negatif terhadap matematika, antara lain :

Pertama, anggapan bahwa untuk mempelajari matematika diperlukan bakat istimewa yang tidak dimiliki setiap orang. Kebanyakan orang berpandangan bahwa untuk dapat mempelajari matematika diperlukan kecerdasan yang tinggi, akibatnya bagi mereka yang merasa kecerdasannya rendah, mereka tidak termotivasi untuk belajar matematika.

Kedua, bahwa matematika adalah ilmu berhitung. Kemampuan berhitung dengan bilangan – bilangan memang tidak dapat dihindari ketika belajar matematika. Namun, pada hakikatnya berhitung hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan matematika. Selain mengerjakan perhitungan – perhitungan, orang juga berusaha memahami mengapa perhitungan itu dikerjakan dengan menggunakan suatu cara tertentu.

Ketiga, bahwa matematika hanya menggunakan otak. Aktivitas matematika memang memerlukan logika dan kecerdasan otak. Namun, logika dan kecerdasan otak saja tidak mencukupi. Untuk dapat berkembang, matematika sangat membutuhkan kreatifitas dan intuisi manusia seperti halnya seni dan sastra. Kreatifitas dalam matematika menyangkut akal budi, imajinasi, estetika, dan intuisi mengenai hal – hal yang benar.

Keempat, bahwa yang paling penting dalam matematika adalah jawaban yang benar. Jawaban yang benar memang penting dan harus diusahakan. Namun, yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana prosesnya untuk memperoleh jawaban yang benar. Dengan kata lain, dalam menyelesaikan pelbagai persoalan matematika, yang lebih penting adalah proses, pemahaman, penalaran, dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan tersebut sampai akhirnya menghasilkan jawaban yang benar.

Kelima, bahwa kebenaran matematika adalah kebenaran mutlak. Kebenaran dalam matematika sebenarnya bersifat nisbi. Kebenaran matematika tergantung kesepakatan awal yang disetujui bersama yang disebut ‘postulat’ atau ‘aksioma’. Bahkan ada anggapan bahwa tidak ada kebenaran ( truth ) dalam matematika, yang ada hanyalah kesalahan ( validity ), yaitu penalaran yang sesuai dengan aturan logika yang digunakan manusia pada umumnya.

  1. 3.      Peran Guru

Disinilah peran guru sangat dibutuhkan. Guru adalah orang yang berilmu, berakhlak, jujur, dan baik hati, disegani serta menjadi teladan bagi masyarakat (Supriyadi,1999). Sebagai seorang guru di sekolah yang menggantikan peran orang tua di rumah, guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap peserta didiknya. Seorang guru harus dapat memotivasi siswanya agar mampu dan mau untuk terus belajar. Guru juga harus menciptakan kreasi-kreasi baru yang mampu membuat siswa untuk berfikir kritis dan logis.

Menurut Maukuf Al-Masykuri, ada beberapa peran guru harapan bangsa, yaitu : guru sebagai pendidik,  pengajar dan fasilitator, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, orangtua, ilmuan, spiritualis, pemimpin, dan konselor.

1.      Guru sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

Guru harus memahami nilai – nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggungjawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah.

Sebagai pendidik, guru juga harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.

2.      Guru sebagai Pengajar dan Fasilitator

Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk sebuah metode pembelajaran yang disukai siswa, dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakaan hal – hal yang uptodate dan tidak ketinggalan zaman.

Perkembangan teknologi mengubah peran guru sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan dalam belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet tanpa batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio, dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita.

3.      Guru sebagai Pembimbing

Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang didasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perja-lanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

4.      Guru sebagai Pengarah

Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkaan bagi orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarahkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya.

Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.

5.      Guru sebagai Pelatih

Guru yang profesional harus mampu berperan seperti pelatih olahraga. Ia lebih banyak membantu siswanya dalam permainan. Sebagai pelatih, guru harus senantiasa memotivasi siswanya untuk menguasai materi pelajaran, bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi – tingginya.

6.      Guru sebagai Penilai

Penilaian atau evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang sangat kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik.

7.      Guru sebagai Orang Tua

Seorang guru berperan juga sebagai orang tua siswa – siswi di sekolah, guru dalam proses pendidikan ini diharapkan mampu memposisikan dirinya di antara anak didiknya seakan – akan seperti orang tua yang senantiasa membimbing putera – puterinya menjadi orang yang lebih dari dirinya.

Keteladanan sang guru dengan perbuatan atau amal perbuatannya yang secara real tampak jelas pada perilakunya, seperti geraknya, diamnya, bicaranya, pandangannya, seluruh keteladanan itu adalah buah refleksi dari pengaruh keyakinan atau keimanan dan pemahaman dalam kehidupan sang guru, dalam rangka memberikan pengaruh keteladanan yang baik (Qudwah Shalihah) pada saat kemunculannya di tengah – tengah masyarakat.

8.      Guru sebagai Ilmuwan

Seorang guru juga adalah ilmuwan bagi para muridnya, seorang guru harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas spiritualnya (kedekatannya kepada ALLAH) agar dapat menjadi sumber inspirasi bagi para siswa – siswinya, laksana seorang ulama ( orang yang banyak ilmunya ) yang mempunyai kedalaman ilmu dan amal sehingga bisa memberikan kontribusi ma’nawiyah baik untuk anak didiknya.

9.      Guru sebagai Spiritulis

Seorang guru adalah ustadz/ustadzah bagi siswanya, perannya adalah menga-jarkan, memahamkan, dan menanamkan keilmuan dan etika positif kepada siswa – siswinya. Guru dalam hal ini diibaratkan bagaikan samudera ilmu bagi para anak didiknya, artinya seorang guru harus meng up – grade ilmunya sesuai dengan perkembangan jamannya sehingga dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada siswa – siswinya.

10.  Guru sebagai Pemimpin

Seorang guru adalah seorang Pemimpin, dimana guru dituntut untuk dapat mengarahkan dan memimpin siswanya ke jalan yang benar, memberikan tauladan, dan nasihat dan arahan –  arahan sehingga siswanya tidak mengalami salah jalan dan tujuan dalam kehidupannya.

11.  Guru sebagai Konselor

Seorang guru juga bisa sebagai konselor, karena guru profesional adalah guru yang mampu menjadi sahabat dan teladan siswanya, serta mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.

 
3 Comments

Posted by on March 22, 2014 in Uncategorized

 

Tags: , , , , , , , , , , , , , ,

3 responses to “MATEMATIKA DAN PERAN GURU

  1. Dimar Ramadhan

    March 30, 2014 at 4:43 am

    Terlalu nyampur,, seharusnya 1 materi 1 halaman blog,,

     
    • astyridha

      March 30, 2014 at 6:17 am

      makasi masukannya, nanti diusahakan 🙂

       
  2. Dimar Ramadhan

    March 30, 2014 at 4:48 am

    Math is perfect education

     

Leave a comment